Prabowo-Puan, Ganjar-Andika Perkasa, Erick Tohir-Sandiaga, Pilih yang Mana?
Selasa, 12 Oktober 2021
Edit
Kontestasi pilpres 2024 bakal seru dan menarik. Ada banyak sosok dan figur yang bakal bertanding merebut kursi Ri 1 yang ditinggalkan Presiden Jokowi.
Dari sekian banyaknya calon yang sejak saat ini sudah terlihat sangat bernafsu ingin mencalonkan diri menjadi calon orang nomor satu di negeri ini, baik secara terang-terangan maupun yang masih malu-malu meong, saya pilih tiga kandidat yang terkuat saja.
Para capres dan cawapres yang saya sebut di perikop judul tulisan ini menurut saya paling potensial bakal masuk dalam radar KPU pada pilpres 2024 mendatang, karena secara aturan maksimal itu hanya tiga calon capres dan cawapres saja. Tidak bisa lebih dari itu.
Prabowo-Puan, untuk saat ini, entah di 2024 nanti, Prabowo masih menempati elektabilitas tertinggi dari semua kandidat capres yang beredar. Di semua lini survey, fakta membuktikan nama Prabowo masih di urutan nomor satu.
Sedangkan Puan Maharani masih berat untuk dijadikan capres, namun potensial menjadi cawapres disandingkan dengan Prabowo. Selain itu secara historis ada kedekatan antara PDIP dan Gerindra di berbagai perhelatan Pemilu selama ini.
Fakta pendukung lainnya, Puan Maharani adalah putri pewaris tunggal Megawati yamg punya PDIP sebagai kendaraan politiknya, maka sebagai bargaining politik disandingkan dengan Prabowo yang sudah punya nama besar duluan. Menurut saya, ini adalah pilihan yang win-win solution.
Ganjar-Andika Perkasa, formasi ini tentu saja jika disundul PDIP, itupun kalau para petinggi PDIP yang berpengaruh mau dan rela membuang Puan dari radar pilpres 2024 mendatang.
Hal ini dikarenakan Ganjar adalah kader militan PDIP. Kecuali formasinya berubah menjadi 'perkawinan sedarah' Ganjar-Puan sebagai capres dan cawapres 2024 mendatang. Namun saya pikir ini mustahil terjadi.
Sebab bagi PDIP, Ganjar masih bukan person inti yang kekuatannya sama seperti Jokowi sampai-sampai partai sebesar itu rela 'membuang' Ketum-nya Megawati demi menjadikan Jokowi sebagai Presiden agar PDIP menjadi pemenang pemilu selama dua periode berturut-turut.
Kekuatan Ganjar tak dapat dipandang sebelah mata. Fakta mdmbuktikan nama Ganjar saat ini juga sudah melejit duluan bak meteor karena masifnya pergerakannya di media sosial, baik itu di twitter, instagram, maupun youtube. Bahkan berbagai relawan Ganjar sudah terbentuk dengan sendirinya saat ini.
Soal kepemimpinanya juga sudah teruji, gemar menyapa rakyat kecil, humoris, dan tokoh netral yang menjunjung tinggi empat pilar kebangsaan, dan tidak dekat-dekat dengan khilafah bau onta. Ini adalah salah satu nilai jualnya yang tertinggi saat ini.
Ganjar adalah sosok capres yang cocok disandingkan dengan Andika Perkasa, sosok kuat yang akan menopang kinerja Ganjar dalam pemerintahan nantinya.
Erick Tohir-Sandiaga, suka tak suka fakta membuktikan Erick Tohir saat ini adalah tokoh muda yang berprestasi, punya logistik yang kuat, sukses membangun negeri dan gigih melawan korupsi dengan memutilasi para petinggi BUMN yang pencuri uang negara.
Kemampuan manajarial dalam bidang pemerintahan pun sudah tidak diragukan lagi. Pasangannya Sandiaga Uni juga adalah tokoh muda yang kinerjanya saat ini memuaskan sebagai Menteri Kemenparekraf/Baparekraf.
Selain itu Sandiaga juga memiliki pengalaman yang cukup panjang sebagai pelaku usaha, punya kekuatan logistik yang mumpuni untuk mengongkosi kampanye pilpres yang tentunya memerlukan biaya besar.
Pasangan Erick Tohir-Sandiaga bakal menarik konstituen milenial. Peluang ini penting karena pada pilpres 2019 sebanyak 75 juta atau 40 persen pemilih berada pada rentang usia 17-38 tahun.
Basis sosial dan ideologi yang sama antara Erick Tohir dan Sandiaga Uno juga dipastikan akan memudahkan mereka dalam bekerja sama. Citra mereka dapat diukur secara sistematis dari hasil penilaian yang selama ini sudah bagus dari masyarakat luas pada umumnya.
Kalau yang lain tidak usah dibahas karena tak akan mungkin jadi capres maupun cawapres, contohnya, Anies Baswedan maupun Ridwan Kamil itu. Percuma, buang-buang kuota dan energi saja karena mereka tak bakal dilirik partai politik untuk meminang mereka.
Begitu juga dengan AHY, tokoh muda yang belum punya prestasi, bahkan menjadi kepala desa pun belum pernah dan berpotensi menjadi pemimpin auto pilot arahan bokapnya, SBY.
Kepemimpinannya di partai Demokrat saat ini juga terkesan eksklusif dan berasal dari partai yang menganut falsafah politik disnasti. Itulah sebabnya kenapa AHY tak akan masuk dalam radar KPU pada pilpres 2024 mendatang. Bakal rugi bandar.
Selain partainya sudah ambruk menjadi partai gurem, partai-partai lain akan berpikir seribu kali untuk mengusung AHY. Kalau soal Airlangga Hartarto, belum ada prestasi yang membuatnya layak punya nilai jual agar bisa masuk dalam radar KPU pada pilpres 2024 mendatang. Jadi di-skip dulu soal dia.
Apalagi para capres dan cawapres yang diusung PKS, jangan ditanya lagi. Situasi kekinian global sudah tidak lagi memberi ruang bagi ideologi khilafahisme yang punya agenda koenyoek mensyariatkan NKRI.
Kura-kura begitu.
