Munarman Bayar Lunas Air Mata Ahok, Ini Pasal-pasal Berat Berlapis yang di voniskan padanya
Sabtu, 18 Desember 2021
Edit
Kasus Munarman memasuki babak baru. Dia dituntut dengan pasal berlapis. Berdasarkan pendapat beberapa pakar hukum, Munarman sangat berpeluang divonis penjara seumur hidup oleh hakim. Itu artinya, Munarman akan menghabiskan sisa masa hidupnya di balik jeruji besi. Ia akan menghabiskan hari-harinya di sana bersama narapidana lain.
Saya bukan seorang ahli hukum. Tapi dari kaca mata awam, saya merasa hukuman penjara seumur hidup layak dia terima. Dia telah memprovokasi banyak orang untuk melakukan aksi terorisme. Dia “mencetak” teroris-teroris baru untuk memorak-porandakan negeri ini. Selain itu, mantan Sekretaris Umum FPI itu juga dituduh telah berbaiat kepada organisasi teroris ISIS.
Terorisme adalah musuh kita bersama. Terorisme juga musuh agama. Terorisme telah merusak banyak hal. Terorisme juga telah merenggut begitu banyak nyawa orang yang tidak bersalah. Dengan alasan apa pun itu, baik alasan ajaran dan tuntutan agama, yang kerap disampaikan oleh para teroris itu, tetap tidak dapat dijadikan sebagai sebuah pembenaran.
Oleh karenanya, saya sepakat, jika seorang teroris dihukum seberat-beratnya. Setidaknya, dengan menjatuhkan hukuman maksimal akan memberi efek jera dan membuat calon-calon teroris lain berpikir beberapa kali untuk terlibat dalam sebuah aksi teror. Kita tunggu saja, akan seberat apa hakim menghukum seorang Munarman.
Namun terlepas dari hukuman yang akan diterima oleh Munarman, saya tertarik pada rekaman suara Munarman yang terdengar terisak-isak pada saat membacakan pledoinya. Dari rekaman yang beredar luas di media sosial itu, terdengar betapa Munarman yang terkenal sangar ketika berbicara itu, ternyata tidak sesangar yang saya perkirakan selama ini.
Munarman yang bercita-cita ingin memusnahkan orang-orang kafir lewat aksi teror itu, ternyata dapat pula mencucurkan air mata bahkan hingga terisak-isak. Dalam diri Munarman yang keras ternyata masih terdapat sisi lembutnya. Terlepas dari apakah tangisan itu sebagai ekspresi kemarahan, kesedihan, atau mungkin ketakutan karena sedang dihadapkan pada sebuah hukuman yang teramat berat.
Tetapi saya melihat, Munarman sedang ketakutan. Dalam hatinya yang terdalam, sebagai seorang yang ahli di bidang hukum, Munarman sadar betul konsekuensi apa yang akan dihadapinya atas perbuatannya. Munarman tahu betul jika dia sedang tidak baik. Dia sedang berada di ujung “maut” yang cepat atau lambat dia akan masuk ke dalamnya.
Sebagai seorang manusia, patutlah Munarman ketakutan. Kenapa Munarman takut? Karena tindakannya memang salah di mata hukum. Dia menyadari betul hal itu. Munarman mulai berpikir sekarang, dia akan menjalani hidupnya sendiri di penjara. Dia akan melalui hari-harinya ke depan tanpa orang-orang yang dia cintai, tanpa rekan-rekan seperjuangannya.
Sikap berbeda yang ditunjukkan oleh Ahok ketika ia juga menjalani hal yang sama dalam kasus penodaan agama beberapa tahun lalu. Kala itu, Ahok juga menangis terisak-isak ketika membacakan pledoinya. Di bawah tekanan massa yang begitu hebat ketika itu, Ahok harus berjuang sendiri menuntaskan kasus hukum yang membelitnya.
Ahok menangis bukan karena ia salah. Ahok menangis bukan pula karena ketakutan karena akan dikirim ke penjara. Ahok menangis karena ketidakadilan yang ia terima. Ahok menangis karena ia dizalimi. Ahok menangis karena diperlakukan tidak semestinya sebagai seorang warga negara. Ahok menangis karena ia didera ketika ia sedang berjuang untuk rakyatnya.
Munarman dan Ahok sama-sama menangis ketika sedang duduk menjadi pesakitan. Namun tangisan itu tidaklah sama. Munarman menangis karena kesalahannya. Ahok menangis karena kejujuran dan keteguhan hatinya membela hak-hak warganya. Munarman menangis karena akan segera dijatuhi hukuman. Ahok memangis karena diperlakukan tidak adil.
Ketika Ahok diperhadapkan di muka hukum, Munarman adalah salah satu orang yang turut serta mengantarkannya ke sana. Ketika Ahok terisak-isak membela diri atas kezaliman yang ia alami, Munarman bersorak-sorai menyaksikannya. Hingga ketika Ahok akhirnya mendekam di penjara, Munarman dan jutaan massa berpesta-pora merayakannya.
Kini, Ahok telah duduk sebagai salah satu orang paling berpengaruh di Pertamina. Sementara Munarman sedang “sakit”. Munarman sedang berjuang menghadapi hukuman yang akan segera dia terima. Munarman menagis terisak-isak melawan ketakutan. Dan tangisan itu telah membawar lunas air mata Ahok ketika dulu menjadi pesakitan.
disalin dari sumber "https://seword.com/politik/munarman-bayar-lunas-air-mata-ahok-O70UNpMKYp" dengan judul"Munarman Bayar Lunas Air Mata Ahok"
