(Analisa) Sesama Kader Gerindra Tuduh Fadli Zon Terlibat Teroris, Densus Mana Densus??
Selasa, 07 Desember 2021
Edit
Penulis memang kurang suka Gerindra, tapi penulis adalah pengamat Gerindra hingga saat ini. Mulai dari Muhammad Taufik mantan napi korupsi, Sanusi tersangka pencucian uang, Habiburokhman yang nyasar terus menyalahkan Ahok, dan banyak lagi.
Banyak kader yang konyol menang, tapi pemimpinnya bisa diangkat jadi menteri, itulah lucunya politik negara kita. Tapi kali ini kita akan bahas tiga (3) orang saja, antara lain : Fadli Zon, Ahmad Dhani dan Poyuono. Loh kok ada Ahmad Dhani dibahas? Nanti akan tahu maksud penulis ketika selesai baca artikel.
Ahmad Dhani pernah berkata kalau dia sengaja dipilih Fadli Zon untuk melakukan "babat alas" di Dapil Jatim. Secara Harfiah Babat artinya membersihkan/menumpas, Alas artinya hutan. Babat Alas biasa digunakan untuk istilah membuka usaha baru, atau membuka lahan baru dari 0. Lalu apa artinya secara politik?
Singkatnya penulis menangkap begini. Jatim kan terkenal dengan kandang NU dan PDIP, keduanya adalah barisan nasionalis. Kelompok Islam Moderat dan Nasionalis sudah kuat di sana. Nah kekuatan ini berusaha di "Babat Alas" oleh Fadli Zon melalui Ahmad Dhani, logisnya kalau yang lama dibabat, maka akan ada paham baru yang masuk. Paham apakah itu?
Awalnya penulis menduga paham komunis atau sosialis (penulis mendadak kadrun), karena Fadli Zon adalah penggemar Karl Max dan berkuliah di Rusia. Tapi semua itu berubah ketika Arief Poyuono yang sesama anggota partai Gerindra menuduh Fadli Zon teroris.
Kita akan analisa pernyataan Poyuono apakah logis atau tidak, tapi sebelumnya kita akan analisa sedikit soal ideologi.
Komunis ketika diperkenalkan oleh Sneevliet tidak diterima oleh masyarakat Indonesia, baru ketika diperkenalkan oleh Semaun, dan tokoh-tokoh muslim seperti Haji Misbach, Tan Malaka, Muso dan Aidit baru bisa mendapat banyak pengikut, karena dikombinasikan dengan dalil agama.
Fadli Zon tentu paham hal ini, maka beliau tidak mungkin memakai ideologi yang gagal ini. Tapi dia pasti belajar kalau penggunaan agama dalam politik, telah membuat komunis yang awalnya tidak laku, menjadi laku. Nah politik menggunakan agama ini, suka tidak suka, sudah lama dipakai oleh Fadli Zon bahkan Gerindra.
Lalu politik agama ini akan dicampur dengan apa kalau bukan dengan komunis? Kita tahu kalau Fadli Zon ini dekat dengan Soeharto dan mendambakan era otoriter seperti era Soeharto. Tapi model otoriter ini sudah banyak tumbang di banyak negara, Fadli Zon pasti paham ini. Maka perlu dicari apa ideologi otoriter yang menggunakan politik agama dalam penyebarannya? jreng, jreng, jreng, khilafah solusinya!!
Jadi inilah alasan Fadli Zon dekat dengan fans khilafah, harus penulis akui kalau dugaan penulis selama ini salah. Penulis mengira kalau Fadli hanya menjaga konstituen, tapi ternyata alasan sebenarnya adalah karena mereka sepaham dan sama-sama ingin berkuasa di Indonesia.
Nah dalam penyebaran saat ini, gerakan khilafah identik dengan aksi terorisme dengan dalil jihad bela agama. Ini bukan ajaran agama, tapi agama digunakan untuk kepentingan politik. Maka pernyataan Poyuono bahwa Fadli Zon terlibat teroris sangat masuk dengan analisa ideologi penulis sebelumnya. Tapi baiklah kita simak dan analisa dulu sebelum ambil kesimpulan.
"Tokoh politik yang usul Densus 88 dibubarkan pasti punya hubungan khusus dengan jaringan teroris dunia, tujuannya memperkuat jaringan teroris subur di Indonesia," kata Arief dalam keterangan kepada Republika.co.id, Selasa (12/10).
Komentar penulis : menurut penulis logis, itu sebabnya banyak teroris lapangan yang targetnya adalah kantor polisi. Selain gereja, kantor polisi adalah tempat yang sering jadi target aksi terorisme.
Densus adalah musuh teroris yang paling mereka takuti, oleh karena itu hanya bisa dilawan secara politik, yaitu via Fadli Zon dengan cara meminta pembubaran Densus.
"Sangat tidak masuk akal jika ada yang menginginkan Densus 88 dibubarkan, sebab di negara negara lainpun ada pasukan atau tim seperti Densus 88 atau Gultor 81 yang merupakan pasukan Kopasus antiteroris," ujar Arief.
Komentar penulis : juga logis dan sesuai fakta. Negara paling demokrasi sekalipun punya mekanisme untuk menjaga stabilitas negara tersebut yang kadang bertentangan dengan sebagian prinsip demokrasi. Contoh anti semit dilarang di Jerman, sekalipun melawan dalih kebebasan berpendapat yang dianut negara tersebut.
Densus adalah mekanisme negara untuk menjaga stabilitas. Densus memiliki hak untuk mendahului aksi terorisme dan melakukan penangkapan sebelum aksi terjadi. Ini yang kadang dimainkan politisi busuk dengan dalil Indonesia negara hukum, harus terjadi dulu bom meleduk baru boleh ditangkap. Tolol memang, tapi inilah celah sistem demokrasi.
"Nah jika ada tokoh politik atau pejabat negara yang menginginkan dan mengusulkan Densus 88 dibubarkan, maka BIN, Polri dan TNI untuk bisa mengawasi dan menyelidiki keterkaitan tokoh tokoh yang menginginkan Densus 88 dibubarkan. Sebab kemungkinan besar mereka bagian dari jaringan teroris dunia," kata Arief.
Komentar penulis : logis dan penulis setuju lagi, tapi tentunya Densus yang lebih paham dan berwenang untuk menyelidiki dan mengawasi. Karena itu Densus mana Densus? Harus diperhatikan ini analisa Arief Poyuono yang sesama kader Gerindra seperti Fadli Zon.
Begitulah Kura-Kura.
Sumber :
https://m.republika.co.id/berita/r0uwfn384/fadli-zon-dituduh-terlibat-jaringan-teroris-garagara-ini
disalin dari sumber: https://seword.com/politik/analisa-sesama-kader-gerindra-tuduh-fadli-zon-szmHB4oiGv
